Sabtu, 08 Oktober 2011

Manusia Diantara Pujian dan Celaan


Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh

Segala puji bagi Allah yang mempunyai perkataan yang benar; "dan siapakah yang lebih benar perkataannya dari pada Allah?". (Qur'an, an-Nisa: 122). Aku bersaksi tiada Tuhan kecuali Allah. Allah yang dalam kalimat-kalimat-Nya terkandung kebenaran. Allah yang ketika mengentaskan kebatilan, hanya dengan ayat-ayat-Nya. Karena memang kebatilan harus dilenyapkan.
Dan aku bersahadat bahwa Nabi Muhammad adalah Rasul Allah. Rasul yang tidak suka berucap selain hikmah. Nabi yang menjadi penuntun bagi umatnya.
Maka, salawat dan salam kepada beliau, keluarga dan keturunannya, kepada penolong dan sahabat-sahabatnya, dan kepada pengikutnya yang menyeru kepada jejak-jejak dakwahnya. "Maka mereka itu benar-benar Telah memilih jalan yang lurus". (Qur'an, al-Jin: 14).

Wahai Para Pengikut Nabi Muhammad SAW. …

Satu diantara sekian banyak kenyataan hidup yang wajib kita camkan baik-baik pada akal sehat dan hati bersih kita, bahwa manusia berada diantara tiga sifat; pemuji, pencela, dan penasehat. Dan sebaik-sebaik dari tiga sifat itu adalah yang terakhir, penasehat.
Pemuji…
Memuji adalah senjata yang paling berbahaya, karena bisa digunakan untuk menghancurkan dan membinasakan orang lain, sekaligus membunuh dirinya sendiri. Orang-orang yang suka memuji dan menyanjung; Memolesi yang jelek-jelek menjadi begitu cantik dan menawan, dan memutarbalikan kejahatan dengan kebaikan, mereka itu bagaikan lintah, mengisap darah manusia tanpa rasa sakit. Mereka ini sering berdekatan dengan para penguasa yang suka akan pujian. Kehadiran mereka bagi penguasa adalah tameng yang melindungi mereka dari caci maki dan penghinaan. Tak seganpun para pemuji suka bersilat lidah, berdusta, dan berbohong. Sebab, penguasa yang mendatangkan keuntungan itu di mata mereka bagaikan seorang yang ma'sum, tanpa cela, dan diciptakan dari jenis tanah yang istimewa dibanding manusia pada umumnya.
Alangkah indahnya bila para penguasa cepat sadar dan tidak terlena dengan pujian dan sanjungan. Ingatlah akan khalifah Umar bin Abdul Aziz, seorang khalifah yang digelarikhalifah kelima dari khulafa' rasidin. Ketika beliau diserahi jabatan khalifah berkata kepada penasehatnya, Amar bin Muhajir; "wahai Amar, kalau kamu melihatku berpaling dari kebenaran, maka letakan tanganmu di kerak bajuku, kemudian goncang, lalu katakan kepadaku; apa yang kamu lakukan?".
Rasulullah junjungan kita menjelaskan akan bahayanya pujian yang dibumbuhi dusta, dan sanjungan yang berlebih-lebihan. Beliau bersabda; "hindari pujian dan saling memuji, sebab hal itu adalah penyembelihan" (Hadits, Mu'jam Kabir Tabarani). Pula, beliau mengingatkan kita agar menghindarkan diri dari maddahun. Yaitu orang-orang yang menjadikan pujian sebagai adat kebiasaan, profesi, dan pencaharian, sedangkan pujian itu tidak berdasarkan kebenaran. Nabi bersabda; "Apabila kalian mendapati maddahun, maka tumpahkan tanah diwajah mereka". (Hadits, Sahih Muslim). Suatu hari Rasul mendengar seseorang memelas-melas orang lain sampai berlebihan, lalu beliau menegurnya; "kamu telah mematahkan punggung orang itu" (Hadits, Sahih Muslim).
Namun, larangan rasul ini tidak menafikan penghargaan atas jasa dan tanda terima kasih, serta sanjungan kepada orang-orang yang telah berbuat kebaikan dan kemaslahatan. Bahkan hal itu menjadi hak yang harus diberikan secara penuh, karena etika Islam melazimkannya, agar terjadi persaingan dalam mencapai kebaikan yang banyak, dan perlombaan demi menggapai kebajikan. Contoh nyata dalam perkara ini ialah penghargaan rasulullah kepada para sahabatnya, yang wajar mendapatkannya. Beliau menyifati Abu Bakar dengan as-Siddiq; yang banyak suka pada kebenaran, Umar dengan al-Faruq; yang arif dan bijaksana, Utsman dengan Dzunnurain; yang mempunyai dua cahaya, Ali dengan Babulmadinatililmi; pintu kota ilmu, dan Abu Ubaidah dengan Aminulummah; kepercayaan umat. Serta banyak sahabat-sahabat lainnya yang mendapatkan penghargaan yang layak dan pas.
Pencela…
Adapun pencela dan yang suka mencaci maki, serta hobi mengeluarkan kata-kata kotor dan laknat. Juga senang mencemarkan nama baik dan menghujat kiri kanan, lidahnya bagaikan ular yang suka mematok, seperti anjing yang suka menggonggong, layaknya kalajengking yang suka membisa. Hidupnya berada di bawah bayang-bayang kalimat keji dan dengki. Dan bicaranya melampaui batas kesopanan dan kepantasan. "sesungguhnya sejahat-jahat manusia ialah yang membuat manusia lainnya takut oleh kejahatannya". (Hadits, Muwatta' Malik). "dan apabila ketakutan Telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam". (Qur'an, al-Ahzab:19). "dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya". (Qur'an, al-Hujurat:12). "bukanlah seorang mukmin bila mencemarkan nama baik, melaknat, berbuat keji, dan cabul". (Hadits, Sunan Turmudzi). "wahai orang yang hanya beriman dengan lidahnya sedang hatinya hampa dengan keimanan, janganlah menggunjingkan kaum muslimin, dan janganlah mencari-cari aib mereka, karena sesungguhnya orang-orang yang mencari-cari aib saudaranya, maka Allah akan membuka aibnya". (Hadits, Majma Zawaid). "memaki seorang muslim adalah fasik, dan membunuhnya adalah kafir". (Hadits, Sahih Bukhari).
Namun, tidak berarti kita diam dan tidak mau tahu dengan kesalahan dan kejahatan yang terjadi disekitar kita, sehingga teguran dan peringatan tak lagi diberikan. Dengarlah! nasehat sebagian ulama salaf; "kalau kamu menyembunyikan aib saudaramu darinya, maka kamu telah menghianatinya. Kalau kamu menyerang saudaramu dengan aibnya, maka kamu telah menyakitinya. Kalau kamu membuka aibnya didepan orang lain, maka kamu telah menggunjingnya". Maka kita sangat butuh kepada orang-orang yang mau mengajak pesalah untuk menyadari kesalahannya, dan kemudian menuntun dia berbuat kebaikan dan kebenaran, serta membentenginya dari kenistaan. Lebih-lebih kita sangat membutuhkan para penguasa yang mengambil peran mulia ini. Agar senantiasa mereka dikelilingi oleh orang-orang baik dan terhormat. "tiadalah Allah mengutus seorang nabi, dan memilih seorang khalifah, kecuali disertakan baginya dua pembantusalah satunya menyuruhnya kepada kebaikan dan mendorongnya selalusedangkan pembantu lainnya menyuruhnya berbuat kejahatan dan mendorongnya selalumaka akan terlindungi dari kesalahan bagi oarng yang telah Allah lindungi". (Hadits, Sahih Bukhari). Yaitu, orang yang tidak mengambil pendapatnya orang-orang jahat dan tercela, dan senantiasa berlindung dan meminta tolong kepada orang-orang baik dan terhormat.
Penasehat…
Dia adalah yang terbaik diantara dua sifat dan sikap sebelumnya; pemuji dan pencela. Karena dia adalah yang terikhlas ketika memberikan teguran, peringatan, dan semangat. Inilah yang dimaksud oleh rasulullah; "agama adalah nasehat". (Hadits, Sahih Bukhari). Allah mengajarkan kepada kita bahwa saling menasehati dengan ikhlas dan benar, adalah kunci keberhasilan dan kesuksesan. Firman-Nya; "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran". (Qur'an, al-Ashr: 1-3).
Adalah rasulullah apabila membaiat setiap orang yang masuk Islam memesaninya; "jika seseorang meminta nasehat, maka nasehatilah dia". (Hadits, Musnad Ahmad). Maka tak heran jika orang mukmin menjadi saudara bagi orang mukmin lainnya, sehingga orang mukmin adalah cerminan dari saudaranya. Nasehat yang benar adalah salah satu cara dalam rangka saling menolong dan bahu membahu, yang dituntut oleh Qur'an; "dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya". (Qur'an, al-Maida: 2).
Sesungguhnya saling menasehati merupakan asas utama yang dianjurkan Qur'an kepada umat Nabi Muhammad SAW; "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung". (ali-Imran: 104).

Wahai Para Pengikut Rasul Muhammad SAW. …

"Manusia, entah dia sebagai pemuji, entah sebagai pencela, dan entah sebagai penasehat, namun yang terbaik dari ketiganya adalah, manusia yang suka menasehati". Kalimat itu sengaja diulangi lagi demi menegaskan, dan memberikan kesadaran diri akan posisi kita, sesungguhnya berada di mana di antara ketiganya. Apakah kita senang menghinakan diri dan kepribadian, dengan memuji secara berlebihan, penuh kepalsuan, dan tanpa kebenaran. Ataukah kita suka memenuhi lidah kita dengan cacian, sehingga layaknya ular yang sewaktu-waktu siap mematok. Ataukah menjadi seorang yang berpegang erat kepada tali Allah dan menyeru kepada jalan-Nya, menjadi seorang yang suka berucap dengan kalimat-kalimat baik dan menyenangkan demi mengharapkan redha Allah?.
Hanya kepada Allah tujuan hidup. Dari-Nya pembalasan dan pahala. Jika Allah menghendaki, maka kalian semua akan mendapatkan petunjuk dan hidayah. Aqulu Qauli Hadza Wa Astagfirullaha Li Walakum.

0 komentar:

Posting Komentar

Ikuti Saya Coba Dech!